Kamis, 14 April 2011

MI Al Iman Peduli Merapi

    Erupsi Merapi tanggal 26 Oktober 2010 menyisakan begitu banyak derita. Namun demikian, sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT, tentunya kita semua harus ikhlas dalam menerima ujian ini. Karena pasti ada hikmah dibalik musibah ini. Sebagai rasa empati bagi korban erupsi Merapi, khususnya sesama warga Yayasan Ma’arif NU Kabupaten Sleman, Madrasah Ibtidaiyah Al Iman Tambakrejo Tempel mengadakan bakti sosial di SMP Sunan Kalijaga Cangkringan Sleman. Pada hari Ahad 5 Desember 2010, MI Al Iman mengirimkan 5 orang guru untuk bergabung bersama guru-guru lain dari sekolah dan madrasah yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kabupaten Sleman, dalam rangka bekerja bakti di SMP tersebut. Rombongan MI Al Iman Tempel berangkat dari Madrasah pukul 07.00 WIB mengendarai espas silver milik Pak Guru Triyanto, S. Pd. SD. Tak hanya perlengkapan berupa ember, cethok, cangkul, sekop dan masker yang dibawa. Namun yang tak ketinggalan juga adalah perlengkapan logistik berupa snack untuk sekedar melepaskan lapar dan dahaga ketika selesai kerja bakti, yang telah disiapkan dalam keranjang di bagasi.
    Pukul 09.00 WIB espas Pak Tri memasuki gerbang SMP Sunan Kalijaga Cangkringan, dan rombongan pun turun untuk segera bergabung dengan relawan lain yang telah mendahului memulai pekerjaan membersihkan dan merapikan kondisi bangunan SMP itu. Bapak/Ibu Guru MI Al Iman segera mencari beberapa relawan yang memerlukan bantuan. Sebagian memindahkan genteng, membersihkan lumpur yang terbentuk dari endapan abu vulkanik Merapi dan ada pula yang membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan iklhlas dan ceria.
    Tak terasa hari sudah menjelang siang. Ketika SMP Sunan Kalijaga telah nampak rapi dan bersih, segenap relawan beristirahat di beberapa titik yang di anggap nyaman. Guru-guru dari MI Al Iman Tempel pun segera menuju ke mobil dan menikmati bekal yang telah di bawa. Segelas teh dan beberapa potong jajanan pasar cukup memulihkan tenaga. Ditambah lagi dengan memakan satu bungkus thiwul yang mak Nyus.............., membuat Bu Guru Kustinah memulai ceritanya tentang kenangan masa lalu. Betapa perjuangan hidup yang berat harus dilalui untuk sekedar makan thiwul. Dan akhirnya Pak Tri, Pak Teguh, Bu Elok, Bu Supartinah dan Bu Kustinah masuk dalam kesimpulan bahwa kita semua harus kuat dalam berjuang menghadapi bencana erupsi Merapi ini. Apa yang kita anggap baik belum tentu baik di hadapan Allah, dan apa yang baik meurut Allah, seringkali kita anggap itu sebuah keburukan bagi diri kita karena ketidaktahuan dan emosi sesaat kita.
    Untuk lebih menigkatkan keimanan kepada Allah SWT, tak lupa sebelum pulang rombongan MI Al Iman mampir ke Kali Gendol. Masya Allah........... tak layak manusia untuk menyombongkan diri. Ketika memasuki kawasan yang diterjang awan panas dan lahar Merapi itu, yang terlihat adalah hamparan pasir panas menutupi seluruh badan sungai, rumah-rumah penduduk porak-poranda dan gugusan batu-batu besar yang semuanya serba abu-abu. Tak hanya itu saja, pohon-pohon nan tinggi menjulang berubah menjadi pohon arang yang hitam legam. Sebagian masih berdiri dan tak sedikit yang telah berserakan terbawa arus material muntahan Merapi itu. Sungguh Allah Maha Kuasa atas alam raya ini.
    Karena hari sudah beranjak sore, guru-guru MI Al Iman pun bergegas kembali ke mobil untuk selanjutnya pulang. Setelah berjalan beberapa ratus meter, espas Pak Tri harus putar balik, karena cekdam Kali Gendol tidak bisa dilalui, dikarenakan tertutup batu besar. Mobil pun berbalik arah ke jalan di tengah area persawahan dan rusak berat yang tadi dilalui saat berangkat dari Tempel menuju SMP Sunan Kalijaga Cangkringan. Di sepanjang perjalanan, cerita tentang Merapi menjadi topik utama obrolan. Hingga akhirnya rombongan mampir ke warung soto iga sapi di kawasan Jl. Magelang untuk mengisi perut menghilangkan rasa lapar. Hidangan satu porsi soto dan juga segelas es jeruk merupakan rizki Allah yang nikmat dan harus disyukuri. Setelah selesai makan, rombongan meneruskan pelajalanan pulang ke MI untuk selanjutnya ke rumah masing-masing, berkumpul dengan keluarga dan membagi sedikit pengalaman tentang kondisi Cangkringan. (Teguh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar